F-22 Raptor adalah
pesawat tempur siluman buatan
Amerika Serikat. Pesawat ini awalnya direncanakan untuk dijadikan
pesawat tempur superioritas udarauntuk digunakan menghadapi pesawat tempur
Uni Soviet, tetapi pesawat ini juga dilengkapi peralatan untuk serangan darat, peperangan elektronik, dan sinyal
intelijen. Pesawat ini melalui masa pengembangan yang panjang, versi prototipnya diberi nama
YF-22, tiga tahun sebelum secara resmi dipakai diberi nama
F/A-22, dan akhirnya diberi nama
F-22A ketika resmi mulai dipakai pada
Desember 2005.
Lockheed Martin Aeronautics adalah kontraktor utama yang bertanggungjawab memproduksi sebagian besar badan pesawat, persenjataan, dan perakitan F-22. Kemudian mitranya,
Boeing Integrated Defense Systemsmemproduksi sayap, peralatan avionik, dan pelatihan pilot dan perawatan.
YF-22, pesawat pengembangan yang menjadi dasar untuk pembuatan F-22.
Pada tahun
1981, Angkatan Udara Amerika Serikat memetakan syarat-syarat yang harus dipenuhi sebuah pesawat tempur baru yang direncanakan untuk menggantikan
F-15 Eagle. ATF direncanakan untuk memadukan teknologi modern seperti
logam canggih dan
material komposit, sistem kontrol mutakhir, sistem penggerak bertenaga tinggi, dan teknologi pesawat siluman.
Pesawat ini direncanakan untuk menjadi pesawat
Amerika Serikat paling canggih pada awal
abad ke-21, karena itu, pesawat ini merupakan pesawat tempur paling mahal, dengan harga US$120 juta per unit, atau US$361 juta per unit bila ditambahkan dengan biaya pengembangan.
[1] Pada
April 2005, total biaya pengembangan program ini adalah US$70 miliar, menyebabkan jumlah pesawat yang direncanakan akan dibuat turun menjadi 438, lalu 381, dan sekarang 180, dari rencana awal 750 pesawat.
[2] Salah satu faktor penyebab pengurangan ini adalah karena
F-35 Lightning II akan memiliki teknologi yang sama dengan F-22, tapi dengan harga satuan yang lebih murah.
Bagian-bagian pesawat F-22 dikerjakan oleh kontraktor yang berbeda-beda.
[sunting]YF-22 'Lightning II'
YF-22 merupakan pesawat pengembangan yang menjadi dasar untuk pembuatan F-22 versi produksi. Namun, ada beberapa perbedaan signifikan antara keduanya, yaitu perubahan posisi
kokpit, perubahan struktur, dan banyak perubahan kecil lainnya.
[3]Kedua pesawat ini sering tertukar pada foto-foto, umumnya pada sudut pandang yang sulit untuk melihat fitur-fitur tertentu. YF-22 diberikan julukan
Lighting II oleh
Lockheed, nama ini bertahan sampai pertengahan
1990-an. Untuk beberapa waktu, pesawat ini juga sempat diberi julukan
SuperStar and
Rapier.
[4] Namun F-35 kemudian secara resmi mendapat nama
Lighting II pada
7 Juli 2006.
[5]F-22 versi produksi pertama kali dikirim ke
Pangkalan Udara Nellis,
Nevada, pada tanggal
14 Januari 2003. Pengetesan dan evaluasi terakhir dilakukan pada
27 Oktober 2004. Pada akhir 2004, sudah ada 51 Raptor yang terkirim, dengan 22 lagi dipesan pada anggaran fiskal 2004. Kehancuran versi produksi pertama kali terjadi pada
20 Desember2004 pada saat
lepas landas, sang
pilot selamat setelah
eject beberapa saat sebelum jatuh. Investigasi kejatuhan ini menyimpulkan bahwa interupsi tenaga saat mematikan mesin sebelum lepas landas menyebabkan kerusakan pada sistem kontrol.
[7][sunting]Pergantian nama
Pada
September 2002, petinggi Angkatan Udara Amerika Serikat mengubah nama Raptor menjadi F/A-22. Penamaan ini, yang mirip dengan penamaan
F/A-18 Hornet Angkatan Laut Amerika Serikat, bertujuan untuk mendorong citra Raptor sebagai pesawat tempur sekaligus
pesawat serang darat, dikarenakan oleh perdebatan yang terjadi di pemerintahan AS tentang pentingnya pesawat tempur superioritas udara yang sangat mahal. Nama ini kemudian dikembalikan lagi menjadi F-22 saja pada
12 Desember 2005, dan kemudian pada
15 Desember 2005 F-22A secara resmi mulai dipakai.
[8]Dua F-22 Raptor. F-22 atas merupakan versi pengembangan, Raptor 01.
Awalnya Angkatan Udara Amerika Serikat berencana memesan 750
ATF, dengan produksi dimulai pada tahun
1994. Pada tahun
1990 Major Aircraft Review mengubah rencana menjadi 648 pesawat udara yang dimulai pada tahun
1996. Tujuan akhirnya berubah lagi pada tahun
1994, menjadi 442 pesawat memasuki masa pakai pada tahun
2003 or
2004. Laporan Kementrian Pertahan pada tahun
1997 mengubah pembelian menjadi 339. Pada tahun 2003, Angkatan Udara mengatakan bahwa pembatasan pembiayaan kongresional yang ada sekarang membatasi pembelian menjadi 277. Pada tahun
2006, Pentagon mengatakan akan membeli 183 pesawat, yang akan menghemat $15 miliar tapi akan menaikkan pembiayaan per pesawat. Rencana ini telah mendapat persetujuan
de facto dari Kongres dalam bentuk rencana pembelian beberapa tahun, yang masih membuka peluang untuk pemesanan baru melewati titik tersebut.
Lockheed Martin telah mengatakan bahwa pada FY(Fiscal Year/Tahun Fiskal) 2009 mereka sudah harus tahu apakah lebih banyak pesawat akan dibeli, untuk pemesanan barang-barang
long-lead.
Pada April 2006, biaya F-22A ditaksir oleh Government Accountability Office menjadi $361 juta per pesawat. Biaya ini mencerminkan total biaya program F-22A total program cost, dibagi jumlah jet yang akan dibeli oleh Angkatan Udara. Sejauh ini, Angkatan Udara telah menginvestasikan sebanyak $28 miliar dalam riset, pengembangan, dan percobaan Raptor. Uang itu, yang disebut sebagai "
sunk cost," telah dibelanjakan dan terpisah dari uang yang digunakan untuk pengambilan keputusan di masa depan, termasuk pembelian kopi dari jet tersebut.
F-22 (atas) dengan pendahulunya,
F-15.
Saat semua 183 jet telah dibeli, $34 miliar akan dibelanjakan untuk pembelian pesawat udara ini sebenarnya. Ini akan menghasilkan biaya sekitar $339 juta per pesawat udara berdasarkan biaya total program. Kenaikan biaya dari satu tambahan F-22 adalah sekitar $120 juta. Jika Angkatan Udara akan membeli 100 buah tambahan F-22 hari ini, tiap pesawat akan berharga lebih rendah dari $117 juta dan akan terus jatuh dengan tambahan pembelian pesawat.
[9]F-22 bukan pesawat paling mahal yang pernah ada; kekhasan itu sepertinya berpulang pada
B-2 Spirit yang secara kasar bernilai $2.2 miliar per unit; walaupun kenaikan biaya di bawah 1 miliar US Dollar. Untuk lebih adilnya, pemesanan B-2 berubah dari ratusan menjadi beberapa lusin ketika Perang Dingin berakhir sehingga harga per unitnya melangit. F-22 menggunakan lebih sedikit
bahan penyerap radar daripada B-2 atau
F-117 Nighthawk, dengan harapan biaya perawatan yang akan menjadi lebih rendah.
[sunting]Karakteristik
F-22 juga bisa bermanuver dengan sangat baik pada kecepatan
supersonik maupun
subsonik. Penggunaan pengarah daya dorong membuatnya bisa berbelok secara tajam, dan melakukan manuver ekstrem seperti
Manuver Herbst,
Kobra Pugachev,
[10] dan
Kulbit. F-22 juga bisa mempertahankan sudut menyerang konstan yang lebih besar dari 60°.
[10][11] Ketinggian terbang juga memengaruhi serangan. Dalam latihan militer di
Alaska pada
Juni 2006, para pilot F-22 menyebut bahwa kemampuan terbang pada ketinggian yang lebih tinggi dari pesawat lain merupakan salah satu faktor penentu kemenangan mutlak F-22 pada latihan tersebut.
[12]F-22 menggunakan
radar AN/APG-77 AESA yang dirancang untuk operasi
superioritas udara dan serangan darat, yang sulit dideteksi pesawat lawan, menggunakan apertur aktif, dan dapat melacak beberapa target sekaligus dalam cuaca apapun. AN/APG-77 mengganti
frekuensinya 1.000 kali setiap detik, membuatnya juga sangat sulit dilacak. Radar ini juga dapat memfokuskan emisi terhadap sensor lawan, membuat pesawat lawan mengalami gangguan.
Informasi pada radar ini diproses oleh dua
prosesor Raytheon, yang masing-masing dapat melakukan 10,5 miliar operasi per detik, dan memiliki
memori 300
megabyte.
Perangkat lunak pada F-22 terdiri dari 1,7 juta
baris koding, yang sebagian besar memproses data yang ditangkap radar.
[13] Radar ini memiliki jarak jangkau sekitar 125-150
mil, dan direncanakan untuk dimutakhirkan dengan jarak maksimum sekitar 250 mil.
[12]F-22 juga memiliki beberapa fungsi yang unik untuk pesawat seukurannya. Antara lain, pesawat ini memiliki kemampuan deteksi dan identifikasi musuh yang hampir setara dengan
RC-135 Rivet Joint.
[12] Kemampuan "mini-
AWACS" ini membuat F-22 sangat berguna di garis depan. Pesawat ini bisa menandakan target untuk pesawat
F-15 dan
F-16, dan bahkan dapat mengetahui pesawat apa yang pesawat kawan sedang targetkan, jadi bisa membuat agar pesawat kawan tidak mengejar target yang sama.
[10][12]Ruang senjata internal F-22.
F-22 dirancang untuk membawa
peluru kendali udara ke udara yang tersimpan secara internal di dalam badan pesawat agar tidak mengganggu kemampuan silumannya. Peluncuran rudal ini didahului oleh membukanya katup persenjataan lalu rudal didorong kebawah oleh sistem
hidrolik. Pesawat ini juga bisa membawa
bom, misalnya
Joint Direct Attack Munition (JDAM) dan
Small-Diameter Bomb (SDB) yang lebih baru. Selain penyimpanan internal, pesawat ini juga dapat membawa persenjataan pada empat titik eksternal, tetapi apabila ini dipakai akan sangat mengurangi kemampuan siluman, kecepatan, dan kelincahannya. Untuk senjata cadangan, F-22 membawa
meriam otomatis M61A2 Vulcan 20 mm yang tersimpan di bagian kanan pesawat, meriam ini membawa 480 butir peluru, dan akan habis bila ditembakkan secara terus-menerus selama sekitar lima detik. Meskipun begitu, F-22 dapat menggunakan meriam ini ketika bertarung tanpa terdeteksi, yang akan dibutuhkan ketika rudal sudah habis.
[10][sunting]Kemampuan siluman
Pesawat tempur modern
Barat masa kini sudah memakai fitur-fitur yang membuat mereka lebih sulit dideteksi di
radar dari pesawat sebelumnya, seperti pemakaian
material penyerap radar. Pada F-22, selain pemakaian material penyerap radar, bentuk dan rupa F-22 juga dirancang khusus, dan detail lain seperti cantelan pada pesawat dan helm pilot juga sudah dibuat agar lebih tersembunyi.
[15] F-22 juga dirancang untuk mengeluarkan emisi
infra-merah yang lebih sulit untuk dilacak oleh peluru kendali "pencari panas".
Namun, F-22 tidak tergantung pada material penyerap radar seperti
F-117 Nighthawk. Penggunaan material ini sempat memunculkan masalah karena tidak tahan cuaca buruk.
[16] Dan tidak seperti
pesawat pengebom siluman
B-2 Spirit yang membutuhkan hangar khusus, F-22 dapat diberikan perawatan pada hangar biasa.
[16] Selain itu, F-22 juga memiliki sistem yang bernama "
Signature Assessment System", yang akan menandakan kapan jejak radar pesawat sudah tinggi, sampai akhirnya membutuhkan pembetulan dan perawatan.
[16]Pemakaian
afterburner juga membuat emisi pesawat lebih mudah ditangkap oleh radar,
[15] ini diperkirakan adalah alasan mengapa pesawat F-22 difokuskan untuk bisa memiliki kemampuan
supercruise.
[sunting]Spesifikasi (F-22 Raptor)
Karakteristik umum
- Kru: 1
- Panjang: 62 kaki 1 in
- Lebar sayap: 44 kaki 6 in
- Tinggi: 16 kaki 8 in
- Luas sayap: 840 kaki²
- Airfoil: NACA 64A?05,92 akar, NACA 64A?04,29 ujung
- Bobot kosong: 31.670 lb
- Bobot terisi: 55.352 lb
- Bobot maksimum lepas landas: 80.000 lb
- Mesin: 2× Pratt & Whitney F119-PW-100 Turbofan pengarah daya dorongpitch, 35.000 lb masing-masing
Kinerja
Persenjataan
Avionik
- Radar: 125-150 mil (200-240 km) terhadap target 1 m² (perkiraan)